Lalilatul Qadar, Satu Malam yang Dipenuhi Karunia Allah
Malam kemuliaan dan kedamaian yang begitu syahdu dan terus ditunggu oleh setiap kaum yang beriman

Oleh: Bangun Lubis ( Wartawan )
SumselNews.com – Malam kemuliaan dan kedamaian yang begitu syahdu dan terus ditunggu oleh setiap kaum yang beriman adalah malam Lailatul Qadar. Malam yang penuh keberkahan dan kenikmatan itu hanya datang satu kali dalam seribu bulan, dan hanya pada malam bulan Ramadhan saat umat Islam melaksanakan puasa.
Dr HM Muchlis Hanafi, pakar tafsir dari Universitas Al Azhar Mesir, sebagaimana dalam bukunya Kemuliaan Lailatul Qadar mengisahkan, bahwa pernah pada suatu hari, Rasulullah SAW bersama para sahabat sedang berkisah bagaimana umat pada zama Bani Israil, orang menghabiskan 1.000 tahun waktunya untuk berjihad fi sabilillah.
Mendengar cerita ini para sahabat merasa ciut dan sangat iri terhadap umat terdahulu yang bisa mendapatkan kesempatan begitu lama melaksanakan ibadah. Itulah Lalilatul Qodar.
Lailatul Qadar adalah suatu malam karunia Allah yang sangat besar kebaikan dan keberkahannya. “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki sepuluh terakhir Ramadhan, beliau mengencangkan tali sarungnya (yakni meningkat amaliah ibadah beliau), menghidupkan malam-malamnya, dan membangunkan istri-istrinya.” ( Hadist Muttafaqun ‘alaihi). ”Lailatul Qadar telah dikaruniakan kepada umat ini (umatku) yang tak diberikan kepada umat-umat sebelumnya.” (Al-Hadis).
Malam Kemualiaan
Lailatul Qadar, Muchlis dalam beberapa kisah menuliskan bahwa Lailatul Qadar berarti malam yang penuh dengan kemuliaan. Pada malam itu, diturunkan Al Quran yang memiliki kemuliaan, melalui seorang malaikat yang juga sangat mulia dan diterima seorang nabi yang juga sangat mulia.
”Qadar juga bisa bermakna ukuran. Ukuran segala sesuatu itu ditetapkan pada malam itu, rezeki seseorang, apakah dia bahagia atau tidak? Sampai setahun ke depan ditetapkan pada malam itu,” tutur Muchlis yang Dewan Pakar Pusat Studi Alquran (PSQ) itu. Lailatul Qadar memiliki sejumlah keistimewaan. Pada malah itu Al Quran diturunkan. Lalu, Lailatul Qadar itu lebih baik dari 1.000 bulan. Pada malam itu, para malaikat dan Ar-ruh (yang dimaksud adalah Malaikat Jibril) turun ke bumi. Dikatakan, Para malaikat itu turun dengan membawa rahmat dan keberkahan. Yang tak kalah penting, malam yang istimewa itu membawa kedamaian, rasa aman kepada siapa saja yang menjumpainya sampai terbit fajar.
Dalam sebuah riwayat, menurut Muchlis Hanafi, yang dimaksud fajar adalah terbit fajar di keesokan harinya. Tapi hatta mathla’il fajr, berarti sampai tiba saatnya fajar kehidupannya yang baru di akhirat nanti. Tanda-tanda Lailatul Qadar, yang pasti adalah salaamun hiya hatta mathla’il fajr,” paparnya. “Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan (Lailatul Qadr) itu? Malam kemuliaan itu (Lailatul Qadr) lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar”. (Al-Qadr: 1-5).
Suasana Kesyahduan
Tiada seorang pun yang tahu akan kepastian kedatangan malam Lailatul Qadar. Terlebih sebagai malam yang begitu agung, maka Lailatul Qadar hanya dianugerahkan kepada orang-orang yang mendapat taufik dan beramal saleh. Tentu hal ini memberikan anjuran kepada kita agar semakin giat mencarinya sepanjang hari, khususnya pada malam-malam sepuluh terakhir Ramadhan.
Ustadz. Nasaruddin Umar, dalam sebuah catatan kolom Khazanah Republika,(2014) menyebutkan Lailatul Qadar itu memiliki banyak makna. Menurut dia, Lailatul Qadar bisa diartikan secara fisik bahwa betul-betul memang malam itu ada sesuatu yang istimewa. Menurut dia, pada malam itu Malaikat turun berbendong-bondong sangat luar biasa dan hanya detik itu, menit itu atau jam itu. Lail artinya malam, malam bisa berarti keheningan, kesyahduan, kepasrahan, tawakal, kerinduan, kehangatan, termasuk juga kekhusyukan.
Sebagaimana banyak dijelaskan dalam buku, Sirah An-Nabawiyyah, Lailatul Qadar hanya terjadi sekali dalam setahun, yakni hanya pada bulan Ramadhan. Dan itupun, waktunya tidak ditentukan. Ada yang berpendapat, terjadi di malam ganjil dalam sepuluh malam terakhir Ramadhan.
Pakar hadis, Dr Lutfi Fathullah MA mengungkapkan, karena begitu mulianya Laailatul Qadar, Rasulullah saw mengajak seluruh sahabatnya, istri-istrinya sampai kepada pembantu-pembantunya untuk memperbanyak ibadah. “Barangsiapa menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr atas dorongan iman dan mengharap balasan (dari Allah), diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”. (Hadist Al Bukhari). Wallohu’alam.(*)